Itinerary Jalan-jalan ke Jogja

Say YES to Jogja!!

Bagaimana tidak?? Hehe… Jogja punya segudang tempat wisata yang luar biasa indah, menggemaskan, dan membuat kita nggak mau pulang. Mulai dari pemandangan perbukitan yang lagi happening di banyak kota, hutan pinus yang berjajar rapi, pantai berpasir putih dengan laut yang biru, sampe wisata historical seperti candi dan bangunan keraton. Dan juga wisata kuliner untuk menghibur perut yang kelaparan hehe…

Kota Yogyakarta adalah kediaman bagi Sultan Hamengkubuwana dan Adipati Paku Alam. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dan kota terbesar ketiga di wilayah Pulau Jawa bagian selatan setelah Bandung dan Malang menurut jumlah penduduk.

Nah, untuk mencapai Kota Jogja, caranya banyak banget. Bisa naik pesawat terbang, kereta api, bus antarkota, ataupun nyetir mobil sendiri. Kalo mau cepet dan nggak capek ya naik pesawat, tapi kalo mau hemat ya bisa naik kereta api atau nyetir sendiri sambil mampir di sepanjang kota yang dilalui.

Niatnya sih kami mau naik kereta dari Jakarta ke Jogja. Apa daya begitu tiket kereta Jakarta-Jogja mulai dijual untuk tanggal yang kami mau, kami langsung kehabisan. Jadi kami terpaksa membeli tiket kereta api Jakarta – Semarang, dan kemudian naik Elf/minivan dari Semarang ke kota Jogja. Hmm ya betul, cukup melelahkan hehe… tapi tetep fun kok…

Tips untuk perjalanan kereta api, kalau mau efisien waktu, sebaiknya ambil jadwal malam hari sehingga tiba di lokasi tujuan subuh atau pagi hari, jadi tidak membuang waktu.

I am basicly a photographer, so i loved to capture the moment around me! 🙂

Karena perjalanan kereta api yang cukup melelahkan, pagi harinya kami langsung meluncur ke tempat sarapan. Kuliner kami yang pertama adalah Soto Ayam Pak Man. Letaknya dipinggir jalan, dan berbentuk warung tenda. Menu yang tersedia cuma 1, dan harganya murah banget. 14 porsi soto ayam (sudah termasuk nasi), ditambah kerupuk dan sate usus dan minum cuma bayar Rp 173.000,- saja, perut kenyang, kantong aman, hehe.

Karena belum bisa check-in, perjalanan dilanjutkan menuju Bukit Panguk Kediwung, waktu tempuh kurang lebih 2 jam dengan jalan menanjak dan berkelok-kelok. Harga tiket masuk per orang Rp.2000 dan parkir mobil sebesar Rp 5.000,-.

Begitu turun dari mobil, wah… udaranya terasa seger banget, dan langit berwarna biru. Di sini kita bisa melihat pemandangan bukit-bukit hijau di kejauhan. Ada beberapa spot yang memang dibuat khusus untuk tempat foto.

Waktu datang sempet berasa aneh, kok sepi yah dan nggak antri pas mau foto di spot tersebut, eh ternyata timing yang bagus buat foto di tempat ini adalah subuh saat masih ada kabut pagi hari, jadi saat berfoto kita seperti sedang berada negeri di atas awan. Meskipun nggak ada kabutnya, tapi saya tetep suka tempat ini karena bikin otak merasa segar, nggak ada polusi, nggak berisik suara klakson mobil, tenang banget dan nggak harus emosi karena nunggu giliran foto hehe…

Spot foto tertentu harus bayar kalau mau foto sebesar Rp 3.000,-/orang per 3 menit, tapi kalo lagi sepi bisa sepuasnya, ampe jungkir balik juga nggak apa-apa, hehe… Di sini ada pondokan yang jual minuman dan makanan, harganya nggak terlalu mahal, sekalian buat bantu warga sekitar yang menjaga kebersihan area ini.

Destinasi berikutnya adalah Hutan Pinus Imogiri. Lokasinya nggak jauh dari Bukit Panguk Kediwung, sekitar 20 menit. Begitu tiba di tempat ini, kami langsung kaget. Rame banget! Namun, karena sudah sampe di sini kami tetap turun dan cari lokasi buat foto. Masuk ke area ini harus bayar tiket masuk Rp 2000,-/orang.

Memang sih kalo diliat sekilas, kayaknya tempat ini sudah nggak nafsuin buat foto karena pasti bocor sana sini, mengingat pengunjungnya nggak perduli kepada orang lain yang lagi mau foto, tapi kalo memang niat masih ada beberapa spot yang bisa clear tanpa ada orang yang lalu lalang karena area hutan pinus ini gede banget. Di sini pemandangannya bukan hanya hutan pinus, kalau agak jalan naik ke atas, bisa lihat pemandangan perbukitan juga yang cantik banget.

Selain 2 tempat wisata ini, masih ada beberapa tempat wisata lain yang lokasinya berdekatan seperti rumah Hobbit, tapi kami nggak mampir karena nggak masuk itinerary dan sudah pada kelaparan.

Kalau sudah main ke area ini, jangan lewatkan untuk makan siang di Restoran Bumi Langit. Sejalan ke arah kembali ke kota, posisiya ada di sebelah kanan jalan. Apa yang spesial dari restoran ini? Semua makanannya organik dan hasil panen dan ternak sendiri.

Menu spesial hari itu adalah ayam geprek kecombrang. Stok yang tersedia hanya 4 porsi. 4 porsi ayam geprek kecombrang adalah 1 ekor ayam usia 4 bulan dibagi jadi 2 paha dan 2 dada. Menu lain yang dipesan adalah nasi campur spesial, nasi goreng kecombrang, pisang goreng, tempe goreng, pecel, dan lain-lain. Semua makanannya enak dan khas banget. Rasa kecombrangnya enak banget, beda sama yang ada di restoran di Jakarta.

Restoran ini juga menyediakan snack dan makanan organik yang dibuat sendiri, seperti selai rasa mulberry, peanut butter, mango, susu kental manis, beras coklat, beras merah, sabun mandi, dan lain-lain. Saya membeli selai rasa Mulberry harganya Rp 60.000,-.

Untuk jumlah makanan yang banyak banget, mungkin sekitar 20 porsi dan beserta cemilan dan ice cream, kami menghabiskan Rp. 1,7 juta. Mengingat jumlahnya, worth it banget. Tempatnya juga asri dan tenang, banyak pepohonan di kanan dan kiri, sangat membuat kita relaks.

Selesai makan, kami langsung kembali ke kota menuju KJ Hotel tempat kami akan menginap. Pengalaman rombongan kami selama menginap di hotel ini sangat mengecewakan, layanan dan kualitas dari hotel ini jelek sekali.

Kami tiba di hotel jam 3 sore dan langsung mengurus check-in, namun hingga hampir jam 4 masih belum mendapat kamar. Saya melihat teman saya yang mengurus check-in bolak-balik ke resepsionis tapi masih belum juga mendapat kamar. Karena merasa lelah, lengket, dan ingin segera mandi untuk bersiap pergi lagi, saya pun menghampiri meja resepsionis untuk menanyakan kenapa lama sekali untuk mendapatkan kamar.

Saat saya tanya, resepsionis menjawab kamar masih disiapkan. Lalu saya tanya, sebenarnya jam check-in dimulai jam berapa karena saya khawatir memang saat itu belum waktunya check-in. Dijawab oleh resepsionis kalau jam check-in mulai jam 2 siang. Saya langsung kecewa, masa dari jam 2 sampai hampir jam 4 kamar masih belum siap.

Resepsionis menawarkan untuk menikmati snack sore, tapi saya bilang, yang kami butuhkan adalah mandi karena kami mau pergi lagi ke Candi Ratu Boko. Coba tebak apa yang ditawarkan resepsionis? Dia menawarkan untuk menyiapkan 1 kamar untuk mandi. Lalu saya jawab, 13 orang mandi di satu kamar? Yang benar saja? Namun tidak berapa lama setelahnya, kunci kamar pun diberikan kepada kami. Saat masuk ke kamar, lantai kamar berdebu dan sangat lengket, dan ada kamar yang tidak ada air dinginnya. Saat malam hari naik ke tempat tidur, saya menemukan pasir di tempat tidur saya.

Saat hari berikutnya, saya kembali ke hotel sekitar jam 9 malam dan tidak menemukan handuk. Saya kemudian menelepon housekeeping, namun tidak diangkat. Lalu saya menelepon resepsionis untuk meminta handuk, dan dijawab akan segera diantar. Tapi kenyataannya setelah menelfon mungkin sekitar 7-8 kali, saya baru mendapat handuk sekitar 50 menit kemudian. Bahkan, sebelumnya saya sempat dikasih keset kaki dan diminta untuk menggunakannya sebagai handuk. Jangan salahkan saya kalo jadinya kesel dan marah, apalagi saya sudah keluar seharian dan kena hujan, sudah ingin mandi karena kurang enak badan dan mesti menunggu 50 menit cuma buat handuk. Ckckck… Pihak hotel berusaha untuk menebus kesalahan dengan memberikan kue kepada saya. Hanya saja, kue itu diantar jam 11 malam saat saya sudah tidur. Alhasil kuenya juga nggak saya makan.

Okay, itu cerita soal hotel yang mengecewakan, semoga ke depannya bisa menjadi lebih baik.

Karena udah kesorean akibat terlalu lama menunggu kamar hotel siap, kami akhirnya nggak jadi ke Candi Ratu Boko dan memutuskan untuk menikmati kota Jogja saja.

First stop is Tempo Gelato, yeayyy… Lokasinya di dalam gang, yang seperti di Legian Bali, banyak outlet di sepanjang jalan. Tidak untuk dilalui mobil besar, jadi kami berjalan kaki masuk ke gang tersebut. Begitu tiba, wahh rame banget, untung masih dapet tempat duduk.

Kenapa rame? Gelato nya enak banget dan murah. Paling murah yang single scoop pakai cup harganya Rp 20.000,-. Sebenernya saya biasanya lebih suka pake cup supaya gampang makannya, tapi berhubung pengen eksis di sosial media, jadi saya pesen yang pakai cone dengan double scoop harganya Rp 25.000,-. Murah banget. Saya pilih rasa leci dan oreo, owh I love it. Rasanya enak sekali, dan saya bisa menghabiskan semua gelato itu sendirian. Luar biasa. Seandainya ada di Jakarta, pasti saya sudah sering kesini.

Dari Tempo Gelato, karena kekenyangan, kami memutuskan untuk jalan-jalan di Malioboro, namun karena hujan, kami langsung menuju Mirota, berniat untuk menonton pertunjukan Cabaret show tapi tiketnya sudah habis terjual, akhirnya kami berpencar untuk berburu batik dan oleh-oleh.

Kalau nggak hujan, jalan-jalan di sepanjang Malioboro cukup mengasyikan, karena banyak dijual souvenir, jajanan, dan juga pertunjukan jalanan.

Perjalanan kami ditutup dengan makan malam di Seafood Cak Sule setelah gagal menikmati makanan di tempat yang sudah direncanakan, Bakmi Pak Rebo yang tutup, Bakmi Pak Pele rame banget, Bakmi Doring habis, dan Warung Bu Ageng udah pada habis juga.

Esok harinya jadwal pertama adalah Pantai Drini. Sekarang ini banyak sekali pantai yang sedang hits di Jogja, dan pantai Drini salah satunya. Waktu tempuh ke sini cukup lama sekitar 2 jam dan jalanannya juga naik turun. Biasanya sebelum datang ke tempat wisata, saya melakukan survey dulu di Google, contoh foto di tempat tersebut. Saat melakukan survey untuk pantai Drini, munculah beberapa foto yang menurut saya bagus tapi dengan sudut tertentu. Dan begitu tiba di Pantai Drini, bagus sih… cuma rame aja jadi susah kalo mau foto tanpa bocor di sana sini, hehe..

Di pantai ini banyak disewakan payung warna-warni yang besar dengan alas tikar untuk duduk santai atau istirahat, cukup dengan membayar Rp20.000, lumayan untuk ramai-ramai. Ada juga fotografer dengan kamera SLR yang bisa langsung mencetak hasil fotonya. Biasanya mereka ga izin dulu kalau mau foto tapi langsung ikut fotoin kita kalau kita lagi foto dengan kamera sendiri, setelah itu baru mereka nyamperin kita dan nawarin mau diambil ga fotonya. Harga per lembarnya Rp 10.000, kita sempet ambil 3 foto ya buat seru-seruan aja. Buat yang pengen foto kekinian, bisa sewa canoe seharga Rp 50.000,- untuk sepuasnya, dan bisa gantian sama temen juga.

Untuk menikmati pemandangan yang lebih bagus dari pantai Drini, saya dan teman-teman naik ke atas tebing. Untuk naik ke tebing, harus melewati air laut dan membayar Rp 2.000,-/ orang. Tapi pemandanganya luar biasa, kalo ga diburu waktu kayanya masih mau berlama-lama disini.

Ohya, di sekitar pantai Drini banyak toilet dan kamar mandi umum untuk ke toilet atau cuci kaki atau bilas setelah main dipantai.

Setelah dari pantai Drini, kami pun menuju tempat makan siang yakni sate klathak Pak Pong. Di sini semuanya serba kambing, ada sate kambing biasa, sate klathak, tongseng daging, tongseng otak, tengkleng, tongseng kepala, dan lain-lain. Kami memesan sate kambing biasa, sate klathak, tongseng daging dan tengkleng dan yang paling enak dan favorit adalah tengkleng, bahkan buat saya dan beberapa teman yang bukan pemakan kambing.

Jika sedang musim libur dan atau long weekend, anda harus bersiap untuk menunggu makanan 1 – 1,5 jam karena sangat ramai sekali. Lucunya kami menunggu sekitar 1 jam-an, dan menyantap seluruh makanan hanya dalam 20 menit hehe..

Tujuan wisata berikutnya adalah Candi Ratu Boko. Kota Yogyakarta terkenal sebagai kota sejarah dimana banyak sekali bukti sejarah disini salah satunya candi. Candi yang ada di sini merupakan peninggalan sejarah agama Buddha dan Hindu. Nah, kalau Candi Ratu Boko ini merupakan peninggalan sejarah agama Hindu. Yang membedakannya dari peninggalan sejarah agama Buddha adalah bangunan candinya tidak terlalu besar namun tersebar di seluruh area. Kalau candi peninggalan sejarah agama Buddha, cirinya bangunannya besar dan hanya satu atau terpusat.

Kalau kamu menungunjungi Candi Ratu Boko, pastikan mobil berhenti di tempat parkir yang benar sehingga tidak perlu menaiki anak tangga untuk sampai ke pintu masuk candi.

Candi Ratu Boko ini dipenuhi oleh banyak sekali wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Tidak heran karena lokasi ini merupakan lokasi syuting film AADC 2. Area ini sangat luas dan banyak sekali spot foto yang dapat diambil. Sayangnya sore itu turun hujan dan kami pun tidak bisa berlama-lama disana.

Dengan badan yang setengah basah dan setengah kering, kami melanjutkan perjalanan kembali ke kota untuk makan malam. Kami memutuskan untuk makan di Warung Bu Ageng. Restoran ini menyediakan masakan khas Indonesia. Restoran ini ternyata milik Pak Butet Kertaradjasa dan kebetulan beliau sedang ada di situ dan saya pun meminta foto bersama.

Tidak jauh dari Warung Bu Ageng, ada outlet coklat Monggo, coklat khas Jogja yang biasanya menjadi oleh-oleh. Kami pun mampir untuk membeli coklat sebelum pulang kembali ke hotel untuk istirahat.

Subuh terakhir di Jogja, kami mengunjungi Punthuk Setumbu. Punthuk Setumbu adalah tempat yang sangat indah khususnya untuk menikmati moment sunrise dengan latar belakang gunung Merapi dan Gunung Merbabu beserta Candi Borobudur yang tertutup kabut. Untuk masuk ke lokasi ini, pengunjung dipungut biaya Rp 15.000,-/orang. Dari pintu masuk kita masih harus berjalan sekitar 300 meter tapi dengan kemiringan 45 derajat, cukup melelahkan. Sebaiknya kamu datang cukup awal agar tidak terburu-buru dan masih mendapat spot foto yang bagus.

Di tempat ini ternyata juga ada beberapa spot foto kekinian, cuma saya taunya sudah terlambat dan antrian foto sudah keburu panjang jadi memutuskan untuk langsung pulang aja.

Tidak jauh dari lokasi Punthuk Setumbu, ada 1 tempat kekinian yang juga menjadi lokasi syuting film AADC 2 yakni Gereja Ayam. Sayang sekali kami tidak bisa ke sana karena jembatan menuju ke sana ambruk dan harus menempuh jalan kampung yang harus dipandu oleh tukang ojek. Saya dan teman-teman memutuskan untuk kembali ke kota dan menikmati gudeg di jalan Malioboro.

Saya baru pertama kali ke jalan Malioboro di pagi hari, suasananya tenang dan banyak yang jualan gudeg dan angkringan. Kami makan di Gudeg Bu Atmo. Saya pilih lauknya telur dan tahu, totalnya Rp 18.000.

Setelah sempat kembali ke hotel untuk bersih-bersih, packing, dan check out, untuk mengisi waktu saya pergi ke Taman Sari. Ini yang kedua kali saya pergi ke Taman Sari, tapi waktu pertama kali sudah sore sehingga lokasinya hampir tutup dan tidak bisa berlama-lama.

Harga tiket masuk Rp 5.000/ orang dan kamera di bebankan Rp2.000/ kamera (bukan kamera HP). Sebaiknya anda mengambil brosur Taman Sari sehingga memudahkan anda untuk mencari lokasinya.

Area Taman Sari ternyata sangat luas dan tentu saja panas sekali karena kami tiba disana jam 12 siang. Dari internet saya sempat melihat beberapa spot keren untuk berfoto dan kami pun mencari spot tersebut dan dengan susah payah akhirnya berhasil ketemu. Tapi sangat disayangkan, pengunjung yang datang kesini agak mengecewakan, mereka tidak mengenal budaya antri foto sehingga dengan acuhnya lalu lalang saat orang lain sedang berfoto. Karena panas dan kecapean, kami memutuskan untuk pergi dari sini.

Kami menuju tempat makan siang yakni Bebek Cak Koting. Untungnya nggak ngantri, dan makanan pun cepat disajikan. Rasa bebeknya lezat sekali, cuma menurut saya sambelnya lebih enak yang sambel bawang, jadi pesen ekstra sambel bawang. Harganya juga nggak terlalu mahal, 4 porsi nasi uduk+bebek goreng + tahu + tempe + 4 es jeruk + sambel bawang totalnya Rp 180.000,-.

Ahhh kenyang banget hehe..

Perut kenyang, hatipun senang. Waktunya beli oleh-oleh. Banyak sih yang khas di sini cuma karena nanti pulangnya naik kereta jadi mending nggak belanja banyak. Kita cuma mampir di Bakpia Merlino dan Bakpia Kurnia Sari. Kalau Bakpia Merlino ukurannya kecil jadi bisa langsung habis dalam 1-2 gigitan, kalau kurnia sari ya 4 gigitan lah. 1porsi Bakpia Merlino harganya Rp 37.500 isi 20. Satu porsi Bakpia Kurnia Sari harganya Rp 45.000 isi 20. Warning, walau kotaknya kecil tapi berat loh.

Semua udah beres tapi waktu masih ada beberapa jam, kayaknya enak kalo pergi refleksi apalagi beberapa hari ini capek banget. Mampirlah kita ke Djemari refleksi buat refleksi kaki dan badan, kalo saya sekalian totok wajah, itung-itung numpang tidur haha.. Paket 1 jam refleksi seharga Rp 60.000 dan paket totok wajah 1 jam seharga Rp 60.000. Refleksinya enak sih cuma kayanya waktunya ga sampe 1 jam, jadi dikorupsi, sedikit mengecewakan.

Setelah menghabiskan waktu 2 jam di tempat refleksi, kami bersiap-siap untuk ke Stasiun Tugu untuk kembali ke Jakarta. Namun sebelumnya kami mengisi perut dulu karena perjalanan kereta akan memakan waktu 9 jam jadi sebaiknya perut kenyang supaya tidur tenang.

Kami mampir ke Bakmi Doring, salah satu bakmi jawa yang terkenal di kota Jogja. Apa yang spesial di sini? Masaknya masih pake arang dan per porsi. Jadi walaupun anda pesan menu yang sama dengan teman anda, akan di masak satu persatu jadi ya musti sabar ya. Dengan kondisi saat itu tidak terlalu ramai, kami harus menunggu hampir 1 jam, demi nyobain kaya apa sih rasanya. Dan hmm ya menurut saya biasa aja, maaf kalo ada yang nggak sependapat, tapi nggak worth it waktu nunggunya dengan rasanya.

Pemberhentian terakhir dari perjalanan ini adalah Stasiun Tugu, tempat kami akan naik kereta untuk kembali ke Jakarta. Ohya pesan singkat, kalau naik kereta harap menggunakan jaket atau bawa kain karena dingin banget. Kalau siang hari tetap dingin dan tidak diberikan selimut. Kalau malam hari lebih dingin, diberikan selimut, namun akan diambil sekitar 30 menit sebelum kereta tiba di Stasiun terakhir. Kalau cewe sebaiknya pakai legging tebal, kalau pakai jeans jangan yang terlalu ketat karena bikin peredaran darah ga lancar dan kaki sakit.

Akhirnya, berakhir sudah liburan singkat, jalan-jalan ke Jogja ini memang sangat menyenangkan dan juga melelahkan ini. Pengen balik ke Jogja lagi? Yes… karena masih banyak tempat wisata di Jogja yang belum sempat dikunjungi dan tentunya tempat-tempat makan kekinian.

Sampai jumpa di liburan berikutnya.

10 thoughts on “Itinerary Jalan-jalan ke Jogja”

  1. Waah ke Jogja, tapi harusnya dateng ke Air Terjun Kedung Pedut agak jauh sih dari kota, mungkin 1-2 jam an tapi viewnya keren bgt loh hehe

    1. Lynn Halianto

      Hi Hi..

      Aku nggak ada yang spesifik, tapi sewa mobil bisa lewat Traveloka aja, lebih terjamin.

      Thanks.

  2. Hi Lynn,
    Thanks for ideas, I am going end month on private car, adopting a similar itinerary.
    I am curiousd did you reckon anywhere requiring a RT/Swab test result, otw to and during Yogya stay?
    I happened to read one hotel making test result a compulsary for check-in..

    Japan is my 2nd hometown,
    Cheers

    1. Lynn Halianto

      Hi Eddy,

      Glad to know that you will visit Jogja. As I heard, they don’t require RT/ Swab test by travel by car.
      Make sure you are comply with the protocol by wearing mask etc.

      Have fun.

      Lynn

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top